Menu

Mode Gelap
Berganti Nama, BPR Tuah Karimun Siap Melayani UMKM yang Ingin Modal 309 Santri se Kecamatan Meral Diwisuda, Bupati : Semoga Menjadi Anak yang Sholeh Baru Buka, 757 Coffee Shop Adakan Diskon dan Nobar Pengurus APDESI Kab Karimun Dikukuhkan, H. Muklis Jabat Ketua Dilepas Gub Ansar, Jalan Santai HUT PGRI ke 78 Bertabur Hadiah

Jakarta · 5 Des 2025 11:08 WIB

‎Indonesia Dorong Pengelolaan Logam Tanah Jarang, Praktisi Penambangan Timah Ichwan Azwardi Paparkan Tantangan dan Peluang REE Nasional ‎


 ‎Indonesia Dorong Pengelolaan Logam Tanah Jarang, Praktisi Penambangan Timah Ichwan Azwardi Paparkan Tantangan dan Peluang REE Nasional ‎ Perbesar

‎BETANJAK.COM, JAKARTA — Pemerintah Indonesia saat ini tengah gencar mendorong pengelolaan dan pengembangan industri logam tanah jarang atau Rare Earth Elements (REE) sebagai bagian dari strategi nasional memperkuat industri teknologi dan membuka peluang ekonomi baru.

‎Namun, langkah besar ini masih menghadapi persoalan mendasar, terutama terkait ketersediaan dan kejelasan data cadangan REE di Indonesia.

‎Praktisi Penambangan Timah, Ichwan Azwardi, menjelaskan bahwa REE sebenarnya telah dimanfaatkan secara luas oleh berbagai negara, khususnya negara-negara maju yang membutuhkan mineral ini untuk industri strategis seperti baterai kendaraan listrik, turbin angin, panel surya, hingga perangkat militer.

‎“Masalah terbesar dalam pengembangan industri REE nasional adalah ketiadaan cadangan REE yang terdata secara resmi. Secara global, Indonesia belum diidentifikasi sebagai negara yang memiliki cadangan REE, padahal potensi tersebut sebenarnya ada,” ujar Ichwan.

‎Menurutnya, absennya Indonesia dalam daftar negara pemilik cadangan REE dunia membuat daya tarik investasi menjadi lemah. Investor maupun mitra internasional cenderung melihat negara dengan data cadangan yang jelas dan terverifikasi.

‎“Dengan tidak terinformasikan nya Indonesia sebagai negara yang memiliki cadangan REE, maka akan sangat sulit menarik investor untuk masuk dan bekerja sama. Karena itu, eksplorasi harus dilakukan secara serius dan menyeluruh,” tambahnya.

‎Ichwan menjelaskan bahwa banyak potensi REE di Indonesia berada pada mineral ikutan timah. Selama ini, mineral ikutan tersebut belum tergarap optimal, padahal dapat menjadi pintu masuk untuk membangun industri REE dari hulu hingga hilir.

‎“Setelah eksplorasi dilakukan dan data cadangan diperoleh, tahap selanjutnya adalah proses operasi produksi yang harus mampu menjangkau mineral ikutan timah, termasuk REE. Ini akan membuka jalan bagi Indonesia untuk ikut bersaing dalam industri global mineral kritis,” tegasnya.

‎Pemerintah melalui Kementerian ESDM sendiri telah menargetkan percepatan hilirisasi mineral kritis, termasuk REE, untuk mendukung ketahanan energi dan teknologi masa depan. Namun, para praktisi menilai bahwa langkah tersebut membutuhkan fondasi data yang kuat serta kolaborasi lintas sektor agar industri REE Indonesia benar-benar dapat berkembang. (*)

Artikel ini telah dibaca 2 kali

badge-check

Redaksi

Baca Lainnya

‎Komitmen Laksanakan Penambangan Berkelanjutan, PT TIMAH Tbk Raih Penghargaan Indonesia ESG Leadership Awards 2025 Kategori Leadership AAA

14 November 2025 - 13:24 WIB

Perkuat Susunan Kepengurusan, TINS Terus Fokus Tingkatkan Kinerja Operasi

29 Oktober 2025 - 18:51 WIB

TINS Ungkap Langkah Strategis Hadapi Tantangan Industri lewat Public Expose Insidentil

16 Oktober 2025 - 10:18 WIB

‎RDP Bersama Komisi VI DPR RI, Direktur Utama PT Timah Tbk Minta Dukungan Soal Regulasi Hingga Capaian Kinerja Perusahaan

24 September 2025 - 17:23 WIB

Komitmen Penuhi Standar HAM, PT Timah Terima Penghargaan PRISMA dari Menteri HAM

23 September 2025 - 12:39 WIB

‎PT Timah Tbk dan Anak Perusahaan Raih 20 Penghargaan dalam ENSIA 2025 ‎

18 September 2025 - 15:35 WIB

Trending di Jakarta